Kandungan Lemak, Tekstur Kemasiran dan Kesukaan Telur Asin dengan Penambahan Jahe sebagai Penyedap Rasa
Abstract
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan kadar lemak, nilai kemasiran dan kesukaan telur asin dengan penambahan berbagai konsentrasi jahe gajah halus (JGH). Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan pada penelitian ini adalah konsentrasi penambahan JGH: T0 tanpa JGH; T1: konsentrasi JGH 15%; T2: konsentrasi JGH 30%; T3: konsentrasi JGH 45%; dan T4: konsentrasi JGH 60%. Parameter pengamatan pada penelitian ini adalah kadar lemak telur asin, dan organoleptik tekstur kemasiran dan kesukaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan berbagai konsentrasi JGH pada telur itik yang diasinkan memberikan perbedaan nyata (p<0,05) pada kadar lemak, sedangkan tekstur kemasiran dan kesukaan pada telur asin tidak memberikan pengaruh (p>0,05). Kadar lemak terendah dihasilkan T3 sebesar 13,60% dan tertinggi dihasilkan T0 sebesar 17,89. Nilai tekstur kemasiran dihasilkan T0; T1; T2; T3; dan T4 agak masir, dan kesukan pada telur asin dihasilkan suka sampai agak suka. Pembuatan telur asin dengan metode perendaman menggunakan larutan garam jenuh sebaiknya direndam lebih dari 7 hari.
This study was conducted to determine the fat content grittiness texture differences and preferences of the salted eggs added with various concentrations of grinded ginger (JGH). The experimental design used in this study was completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. The treatment used in this study ware the concentrations of the JGH addition: T0= without JGH; T1= JGH concentration of 15%; T2= JGH concentration of 30%; T3= JGH concentration of 45%; and T4= JGH concentration of 60%. Variable observation in this study is the fat content of salted eggs, and organoleptic grittines texture and preference of salted egg. The results showed that the addition of various concentrations of JGH in salted egg had significant (p <0.05) on the parameters measured levels of fat, while the organoleptic test grittines texture and a preferences for salted eggs did not influence significantly different (p> 0.05 ). The lowest fat content was T3 of 13.60%, and the highest result enough was T0 of 17.89. Organoleptic grittines texture generated T0; T1; T2; T3; and T4 somewhat grittin, and preferences on salted eggs produced like to rather like. Making salted eggs with immersion method using a saturated salt solution should be soaked longer than 7 days.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Agustina, N., Thohari, I., Rosyidi, D. 2013. Evaluasi sifat putih telur ayam pasteurisasi ditinjau dari pH, kadar air, sifat dan daya kembang angel cake. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 23 (2): 6-13.
Chi, P.S., Tseng, H.K. 1998. Physicochemical Properties of Salted Pickled Yolks From Duck and Chicken Eggs. Journal Of Food Science. 63 (1).
Dang, K.L.M., Quoc, T.L., Songsermpong, S. 2014. Effect of ultrasound treatment in the mass transfer and physical properties of salted duck eggs. Kasetsart Journal. 48: 942-953.
Faiz, H., Thohari, I., Purwadi. 2013. Pengaruh penambahan sari temulawak (Curcuma xanthorrhiza) terhadap total fenol, kadar garam, kadar lemak dan tekstur telur asin. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 24. (3): 38-44
Ganesan, P., Kaewmanee, T., Benjakul, S., Baharin, B.S. 2014. Coparative study on the nutritional value of pidan and salted duck egg. Korean Journal Food sci. 34 (1): 1-6.
Irawan, B. dan Septiana, S. 2012. Efek komposisi tanah dan biofarmaka terhadap penurunan kadar kolesterol pada pengasinan telur itik Albio. Agroscientiae. 19 (2): 0854-2333.
Koswara, S., Diniari, A., Sumarto. 2012. Panduan Proses Produksi Minuman Jahe Instan. SEAFAST Center, Bogor.
Legowo, A.M., Nurwantoro, Sutaryo. 2005. Analisis Pangan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Lukito, G.A., Suwarastuti A., Hintono, A. 2012. Pengaruh berbagai metode pengasinan terhadap kadar NaCl, kekenyalandan tingkat kesukaan konsumen pada telur puyuh asin. Animal Agriculture Journal, 1 (1): 829-838.
Nurhidayati, Y., Sumarmono, J., Wasito, S. 2013. Kadar air, kemasiran dan tekstur telur asin ayam niaga yang dimasak dengan cara berbeda. Jurnal Ilmiah Peternakan. 1 (3): 813-820.
Paimin, F.B., Murhanato, 2008. Budidaya, Pengelolaan, Perdagangan Jahe. Penebar Swadaya: Jakarta.
Sahara, E., 2011. Penggunaan kepala udang sebagai sumber pigmen dan kitin dalam pakan ternak. Agrinak. 1 (1).
Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik. Bhatara Karya Aksara, Semarang.
Suprapti, M.L. 2002. Pengawetan Telur. Kanisius, Yogyakata.
Supriyanto, Cahyono, B. 2012. Perbandingan Kandungan Minyak Atsiri Antara Jahe Segar dan Jahe Kering: 81-85.
Tan, Q.L.P., Hoang, O.N.T.T., Thanh, T.N.T. 2012. Some factors influencing the quality of salted quail eggs. Asian Journal of Food and Agro-Industry. 5 (05): 440-447
Wijayanti, Y.R., 2007. Substitusi Tepung Gandum (Triticum aestivum) Dengan Tepung Garut (Maranta arundinaceae L) Pada Pembuatan Roti Tawar, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. (Skripsi). (Tidak dipublikasikan).
Yuniati, H., Almasyhuri. 2012. Pengaruh perbedaan media dan waktu pengasinan pada pembuatan telur asin terhadap kandungan iodium telur. Pusat biomedis dan teknologi dasar kesehatan. Media Litbang Kesehatan 22 (3): 138-143.
DOI: http://dx.doi.org/10.17728/jatp.199
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats